Desa Bajera
Sejarah Desa Bajera
Dalam Prasasti Brahmana Manuaba yang diabadikan di
Geria Bajing ( Daerah Gianyar ) menyebutkan ada seorang putri keluarga Geria
Bajing bernama Dayu Putu Ler , kisah dari Geria,” Kajenengang Bagawanta oleh
Seri Arya Ngurah Bajera Sika, kang andiri punang Negara Bajera, alungguh ring
Bajera Sika “.
Bunyi prasasti tersebut, membuktikan bahwa di
Bajera pernah berdiri sebuah kerajaan kecil , yang didirikan oleh I Gusti
Ngurah Sika dengan gelar Seri Arya Ngurah Bajera Sika, karena berkedudukan di
Bajera, dengan Bagawanta Ida Ayu Putu Ler, yang bergelar Ida Pedanda Istri
Bajera Sika .
Dari mana asalnya I Gusti Ngurah Sika tersebut?.
Menurut babad Mengwi, dahulu kala ketika rakyat Kaba-Kaba diserahkan oleh
Raja Kaba – Kaba, kepada I Gusti Agung Ngurah Made Agung, kang amaceki kerajaan
Semarapura ( Mengwi ) yang bergelar Bima Sakti Angawa Gada, maka rakyat maupun
bangsawan Kaba – Kaba, banyak yang lari ( minggat ) dari Kaba – Kaba, menuju
daerah kerajaan lain, sama halnya dengan rakyat dan keluarga Ki Pasek Badak,
sama lari dari Desa Buduk, untuk mencari pemukiman di daerah lain karena merasa
tidak tenteram ( takut ) dibawah kekuasaan Mengwi .
Berkaitan dengan ucapan tersebut, besar kemungkinan
bahwa I Gusti Ngurah Sika berasal dari kekeluargaan Puri Kaba – Kaba, yang lari
( minggat ) dari Puri, kemudian bertahan di Bajera, dengan julukan I Gusti
Ngurah Bajera Sika, di Bajera Sika, karena merasa tidak puas dengan penyerahan
rakyat Kaba – Kaba ke Mengwi yang semata – mata menuruti kehendak para istri (
Pararabi ).
Desa Bajera yang sekarang, dahulu
disebut Bajera Danda dengan lahirnya kerajaan Bajera Sika tersebut secara diam
– diam di daerah kekuasaan Kerajaan Tabanan, maka sudah sewajarnya Ida Batara
Cokorda Tabanan menjadi amat marah, lalu memerintahkan kepada Ki Pasek
Wanagiri, agar Ki Pasek menyerang ( memusnahkan ) Kerajaan kecil itu.
Terjadilah perang Bajera melawan Wanagiri. Menurut
cerita, perang tersebut cukup sengit banyak korban yang berjatuhan dari kedua
belah pihak. Dan yang menjadi medan Pertempuran adalah Setra Desa Berembeng,
yang kemudian disebut Seman Gerobakan karena banyak darah yang mengalir di
atasnya. Hari mulai malam, perang harus berhenti, I Gusti Ngurah Sika mengambil
siasat, dengan mengosongkan Bajera Sika , diwaktu malam ia lari masuk hutan,
keesokan harinya saat perang akan dimulai, Wanagiri memenuhi Bajera Sika dalam
keadaan kosong, maka secara gigih sambil bersorak – sorak Wanagiri melakukan
perampasan atas segala yang ada dan berguna baginya, dan selesai merampas, lalu
beramai – ramai membakar semua rumah dan bangunan lain sampai bersih, sehingga
tak satu pun ada bangunan yang tersisa melainkan semuanya menjadi puing –
puing. I Gusti Ngurah Sika dalam perjalanannya masuk hutan, sampailah di suatu
tempat yang berbau harum, disanalah Beliau berhenti dan membangun perkemahan
yang disebut Pakuum Aruman, yang kemudian disebut Auman sampai sekarang.
Setelah berputera tiga orang laki – laki ( I Gusti Ngurah Lengkan, I Gusti
Ngurah Sura, I Gusti Ngurah Berata ) maka I Gusti Ngurah Sika wafat. I Gusti
Ngurah Lengkan kemudian menikah dengan seorang putri asal
Kalapaksa ( Buleleng ) sementara I Gusti Ngurah Lengkan telah bersuami istri,
lalu meninggal dunia dalam pada itu, I Gusti Ngurah Sura jatuh cinta kepada
iparnya ( janda I Gusti Ngurah Lengkan ) tetapi cintanya itu tidak diterima, I
Gusti Ngurah Sura berusaha untuk mengawini secara paksa, tetapi sial Sang Janda kedapatan bunuh diri. Peristiwa itu tidak diterima baik oleh keluarga sang
janda, akhirnya timbul perang kelompok melawan Auman . Auman terdesak, Ngurah
Sura dan Ngurah Berata lari dan diikuti oleh rakyat yang setia menuju arah
pantai, akhirnya tiba di pantai sebelah barat Tukad Balean. Disanalah
mereka membuat pakuuman, karena tanahnya kelihatan datar baik untuk perumahan,
selanjunya tetapi sial karena baru beberapa hari saja tinggal diam, semuanya
tertimpa sakit panas dingin, menggigil,. Segera tempat itu ditinggalkan menuju
arah Timur Laut dan sampai asal Bengkel. Tempatnya yang dulu sampai sekarang
disebut Sureberata mungkin karena bekas tempat Ngurah Sura dan Ngurah Barata.
Tidak lama kemudian I Gusti Ngurah Sura dan I Gusti Ngurah Barata meninggalkan
tempat tersebut karena ternyata tidak baik untuk pemukiman adapun para pengikut
I Gusti Ngurah Sura dan I Gusti Ngurah Barata semuanya tinggal disitu hanya
dianugerahi dua buah keris sebagai penjaga keselamatan, selanjutnya para
pengiring itu menetap disitu dan membuat perkampungan di sebut Desa Banjar
Bengkel dan dibangun pula persembahyangan yang disebut Pura Piling. I Gusti
Ngurah Sura dan I Gusti Ngurah Barata melanjutkan perjalanannya menuju arah
ketimur dan dengan tidak tersangka – sangka tiba muncullah di Bajera, tidak lama di dengar kabar bahwa tempat itu adalah tempat leluhurnya yang
dahulu ditimpa kemalangan, Timbullah kegelisahan pada I Gusti Ngurah Sura
maupun I Gusti Ngurah Barata selanjutnya tak ada kepastian mengenai keturunan I
Gusti Ngurah Sura maupun I Gusti Ngurah Barata hanya di kenal orang sebagai
orang pengelingsir di Bajera bernama I Gusti Ngurah Jimbaran dan di serampingan
bernama I Gusti Ngurah Auman. Karena I Gusti Ngurah Auman menjadi Balean (
dukun ) maka oleh Raja Tabanan ia dijadikan Balean Puri. Setiap ada Keluarga
Raja yang sungkan, ia harus ada di Puri menjaganya / menolongnya. Sebagai
imbalan I Gusti Ngurah Auman diserahi rakyat 20 KK, sebagai pembantu untuk
mengurus rumah tangga. Disamping itu juga Raja meruntuhkan sabda ( sot ) segala
kesalahan I Gusti Ngurah Auman terhadap Puri ia tidak dikenakan hukum mati (
pejah pancing ) turun temurun. Tetapi mulai saat itu ia tidak boleh memakai
nama I Gusti Ngurah sekeluarga hanya diperkenalkan memakai Si Gede
Auman ( I Gusti Gede Auman ).
Setelah I Gusti Gede Auman beranak 3 orang ( 2 laki
– laki dan seorang perempuan ) I Gusti Gede Auman lalu meninggal. Anak pertama
bernama I Gusti Gede Mutera juga melaksanakan Balean ( dukun )
ialah yang menggantikan kewajiban ayahnya menjadi Balean Puri . Tidak beberapa
lama melakukan kewajiban di Puri lalu kena fitnah, dikatakan berdosa besar
anungkal kori barak ( berdosa sejeroning bangsa ) harus dihukum mati. Keputusan
Raja ia agar dibunuh tetapi sebelum melakukan hukum ada keluarga ( kuasa ) Puri
Oka memperingatkan pada Raja bahwa ada sot kepada I Gusti Ngurah Auman tidak
akan menjatuhkan hukuman mati ( pejah pancing ) kepadanya turun temurun, adapun
orang yang bernama I Gusti Gede Mutera yang di kenakan hukuman mati adalah anak
kandung I Gusti Gede Auman. Dengan peringatan itu I Gusti Gede Mutera tidak
jadi dihukum bunuh, melainkan di paba ( diselong ) ke Ubud selama 6 bulan ( 1
Galungan ). Mendekat jatuhnya Kerajaan Tabanan kedatangan Penjajah Belanda ia
baru pulang ke Serampingan.
Keadaan selanjutnya sesuai dengan perkembangan
jaman maka Desa Bajera yang sekarang, ada berasal dari : Mengwi (Badung ),
Tangkas ( Klungkung ), Tabanan (Tabanan ), Brahmana ( Gianyar ), Wanagiri
(Wanagiri), Karangasem ( Karangasem ), Gelgel (Klungkung), Patemon ( Buleleng
), Tegeh Kori (Klungkung), Madura ( Jawa Timur )
Dan semenjak jaman penjajahan Belanda di Indonesia
maka terjadilah perubahan system Pemerintahan yaitu ada Pemerintahan Dinas dan
Desa Adat masih tetap diakui. Agar tidak mempersulit jalannya Pemerintahan maka
Desa Bajera di bagi menjadi 12 Wilayah Banjar Dinas yaitu :
- Banjar
Dinas Cibukan ,
- Banjar
Dinas Bajera Kaja,
- Banjar
Dinas Taman Yoga,
- Banjar
Dinas Bajera Tengah,
- Banjar
Dinas Menungul,
- Banjar
Dinas Bajera Kelod,
- Banjar
Dinas Munduk,
- Banjar
Dinas Bajera Jero,
- Banjar
Dinas Lenganan,
- Banjar
Dinas Bajera Sari,
- Banjar
Dinas Kebon,
- Banjar
Dinas Saraswati
Pada Tahun 2008 Desa Bajera mekar menjadi 2 yaitu,
Desa Bajera dan Desa Bajera Utara pada tanggal 27 Maret 2008 dengan keluarnya
Keputusan Bupati Tabanan Nomor 78 Tahun 2008 Tentang Penetapan Desa Persiapan
Bajera Utara menjadi Desa Difinitif maka ada perubahan terhadap luas wilayah
Desa Bajera menjadi 321,230 Ha dan perubahan terhadap Jumlah Banjar Dinas
menjadi 6 (enam) Banjar Dinas Yaitu :
- Banjar
Dinas Bajera Kaja,
- Banjar
Dinas Bajera Tengah,
- Banjar
Dinas Bajera Kelod,
- Banjar
Dinas Bajera Jero,
- Banjar
Dinas Saraswati,
- Banjar
Dinas Bajera Sari
Dan Desa Pakraman yang ada di wilayah Desa Bajera
sekarang menjadi 1 (satu) Desa Pakraman yaitu Desa Pakraman Bajera.
Demikianlah
sekilas sejarah mengenai Desa Bajera agar dapat dijadikan penguak dalam mengisi
kelengkapan Sejarah Desa.
Visi Desa Bajera, adalah :
Mewujudkan Masyarakat Desa Bajera yang Mandiri dan
Sejahtera dengan bertumpu pada Sektor Ekonomi yang berlandaskan Tri Hita
Karana.
Misi Desa Bajera, adalah :
·
Peningkatan
akses masyarakat terhadap perekonomian dalam arti luas.
·
Peningkatan
akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas.
·
Peningkatan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
·
Percepatan
pembangunan insfrastruktur dan perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Kondisi
Umum Desa Bajera
Keadaan
Fisik / Geografis Desa .
Batas
Wilayah
Sebelah
Utara : Desa
Bajera Utara,
Sebelah
Selatan : Desa Antap,
Sebelah
Barat :
Tukad Yeh Otan (Desa Antosari),
Sebelah
Timur :
Desa Berembeng
Luas
Wilayah
: 178,800 Ha
yang terdiri atas;
Tanah
Sawah
: 7,900 Ha,
Tanah
Pekarangan : 119,680 Ha,
Tanah
Tegalan :
51,220 Ha.
Keadaan
Topografi Desa;
Secara
umum keadaan topografi Desa Bajera adalah merupakan Daerah dengan permukaan
tanah datar dengan dilalui aliran sungai dan kali.
Iklim;
Iklim
Desa Bajera, sebagaimana desa – desa lain di Wilayah Indonesia mempunyai Iklim
Kemarau dan Penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola
tanam yang ada di Desa Bajera, Kecamatan Selemadeg.
Keadaan
Sosial Ekonomi Penduduk
Jumlah
Penduduk 1290 KK
Mata
Pencaharian
Desa
Bajera merupakan Desa dengan populasi penduduk bermata pencaharian sebagai
pedagang dan petani
Pola
Penggunaan Tanah
Penggunaan
tanah di Desa Bajera sebagian besar diperuntukan untuk perkebunan sedangkan
sisanya untuk Tanah yang merupakan bangunan dan fasilitas – fasilitas lainnya.
Pemilikan
Ternak; jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa Bajera berjumlah
1250 ekor terdiri dari sapi, kambing, dan unggas.
Sarana
dan Prasarana Desa
Sesuai
dengan Rencana Kerja Pembangunan Desa yang ada pada RPJMDes Desa Bajera, yang
terdiri dari :
Di bidang
Fisik :
Perbaikan
jalan desa, tujuan kegiatan meningkatkan prasarana jalan dengan sumber dana
dari APBD.
Perbaikan
Kantor Desa, tujuan kegiatan meningkatkan pelayanan administrasi desa dengan
sumber dana dari APBD.
Perbaikan
Rumah Warga Miskin, tujuan kegiatan meningkatkan drajat kesehatan dengan sumber
dana dari PNPM.
Di bidang
Non Fisik :
Peningkatan
Modal Kelompok Simpan Pinjam, tujuan kegiatan meningkatkan produksi dengan
sumber dana dari PNPM.
Peningkatan
SDM Aparat Desa, tujuan kegiatan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dengan sumber dana dari PNPM.
Peningkatan
pelayanan kesehatan masyarakat melalui penataan lingkungan dan pengelolaan
sistem pembuangan sampah
Demikian
gambaran singkat desa Bajera serta program kerja desa Bajera